Zaman Millennials, Menguntungkan atau Merugikan? (Part 3) - Bonus Demografi
Indonesia tercatat sebagai penduduk terbesar keempat di dunia setelah Amerika Serikat, China dan dipimpin oleh India yang menempati urutan pertama. Indonesia, dengan jumlah penduduk sekitar 258 juta jiwa, yang menghantarkannya berada di peringkat kelima dalam hal kemakmuran di ASEAN. Tentu saja tak puas sampai di sini, Indonesia melakukan berbagai cara demi memajukan kualitas negeri, salah satunya adalah dari adanya bonus demografi.
Apa sih bonus demografi itu?
Bonus demografi adalah keuntungan suatu negara yang didapat dari besarnya proporsi penduduk produktif dalam evaluasi kependudukan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, bonus demografi adalah sebuah istilah yang menggambarkan jumlah usia produktif di suatu wilayah atau negara.
Di Indonesia sendiri, dari jumlah 255 juta penduduk yang telah tercatat, terdapat 81 juta yang merupakan generasi millennials atau mereka yang berusia 17-37 tahun. Dan dari jumlah tersebut, seharusnya mampu mengembangkan pembangunan dan kemajuan negara. Tapi apa yang terjadi? Apakah mereka bersembunyi dan tidak berpartisipasi atas nama millennials?
Generasi millennials, bisa menyebabkan dua hal yang bertolak belakang, yaitu positif dan negatif, tergantung cara mereka menyikapi hal tersebut. Mengapa demikian?
Generasi millennials yang mempunyai tekad kuat dan pemikiran tajam akan mampu bersaing dengan kelas dunia untuk memajukan kualitas negaranya. Contohnya saja negara Jepang yang sudah mampu bersaing dengan deretan kelas dunia maju di benua Eropa. Salah satu faktor pesatnya kemajuan negeri sakura ini adalah adanya bonus demografi yang meningkat tajam, sebab mereka cenderung menghargai dan memanfaatkan seluruh potensi generasi millennials dengan baik dan efisien. Sebaliknya, Indonesia justru menyerah dengan jumlah millennials yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, kuantitas berkembang sedangkan kualitas menurun secara drastis. Lihatlah, banyak pemuda yang menjadi pengangguran karena kurangnya lapangan pekerjaan. Kehadiran mereka bukan menambah kemajuan negeri, justru membuat kemunduran secara perlahan. Lalu apa yang membedakan? Bukannya di kedua negara tersebut sama-sama memiliki jumlah millennials yang banyak? Jawabannya karena millennials di negeri sakura sangat memanfaatkan perkembangan teknologi untuk bersaing dengan negara lain yang tak kalah bagusnya. Sedangkan Indonesia, mereka hanya menggunakan teknologi untuk sekedar gaya hidup, bukan kebutuhan.
Komentar
Posting Komentar