Ibu Milenial


Ada zaman, dimana seorang ibu dibodohi anaknya sendiri dengan mudah. Ada zaman, dimana seorang anak lebih canggih daripada ibunya. Zaman yang selalu dibanggakan oleh pemuda milenial kekinian. Banyak anak yang memiliki ponsel canggih, tapi ibunya sendiri hanya memiliki ponsel super jadul dan butut, ponsel yang hanya bisa digunakan untuk menelpon dan mengirim pesan, tanpa ada aplikasi khusus dan internet untuk menjelajah dunia. Pikirnya mereka, "Ah, kan yang penting bisa berkomunikasi."

Sebagian anak milenial dengan mudah membodohi orangtua dengan cara-cara canggih ala teknologi. Tak usah memandang hal yang jauh, cukup dengan contoh yang sederhana saja. Sederhana, tapi banyak diterapkan oleh sebagian anak masa kini.

Seusai sekolah, sebagian besar dari mereka memilih untuk tidak langsung pulang ke rumah, melainkan pergi ke cafe atau restaurant modern hanya sekedar nongkrong dan eksis bersama teman-teman, lalu mengunggahnya di sosial media. Memang, budaya dunia maya yang tak bisa dihindari oleh generasi milenial manapun. Kemudian tanpa ada rasa bersalah sedikit pun, mereka hanya meminta izin kepada ibunya untuk telat pulang ke rumah dengan menggunakan ponsel, itu pun hanya melalui pesan, bukan telepon. Alasan klasik, tapi masih tetap terbukti ampuh untuk mengelabui.
"Ma, aku mau belajar kelompok dulu, ya! Jadinya aku pulang telat, Ma."

Kebohongan yang sederhana, tapi tak mampu untuk dideteksi. Mengapa demikian? Karena sang ibu tidak bisa menggunakan teknologi dengan baik. Percaya saja dengan alasan anak, tanpa mengecek kebenarannya terlebih dahulu lewat ponsel pribadinya.  Bisa saja kan sang ibu menghubungi pihak guru untuk menanyakan tentang benar atau tidaknya tentang belajar kelompok. Tapi sayang, itu sama sekali tidak diterapkan oleh sebagian besar ibu. Alhasil, mereka pun percaya begitu saja.

Lalu, ada lagi ketidaksadaran orangtua yang secara tidak langsung telah dibodohi oleh sebagian anak milenial. Anak kekinian, tentunya sudah terlalu candu bermain gadget atau ponsel. Tapi, mereka tidak menggunakannya dengan baik, justru menimbulkan banyak hal negatif yang tersimpan di dalamnya. Hanya untuk bersenda gurau, sampai bermesraan dengan pacar yang mengabaikan perbincangan orangtua di rumah. Ketika ditanya, lagi-lagi alasan klasik pun datang.
"Aku lagi ada tugas sekolah online untuk besok, Ma."
"Aku baru ketemu teman SD, sejak delapan tahun lamanya tidak ada kabar, Ma."

Banyak alasan yang terlontar dari bibir mereka, yang sebenarnya itu hanya untuk membodohi orangtua, khususnya ibu yang selalu berkutat dengan dunia dapurnya.

Anggapan sebagian orangtua akan mengikuti perkembangan zaman canggih tidaklah diperhatikan. Mereka hanya terfokus pada aturan-aturan lampau dan manual. Hanya mengawasi sang anak secara kasat mata saja, tidak secara kepribadian dalamnya sekaligus yang sebenarnya bisa dilakukan melalui teknologi.

Inilah yang berbahaya. Selalu menganggap bahwa anak mereka adalah anak yang baik dan berperilaku santun. Padahal kenyataannya, sebagian dari mereka mampu membodohi orangtua sendiri tanpa adanya rasa bersalah.

Inilah cara pandang sebagian orangtua yang harus diubah. Tak harus lagi menggunakan cara lama khas nenek moyang yang sama sekali tidak berkenan di mata milenial. Sebab, orangtua haruslah lebih pintar dari anaknya, termasuk ibu. Karena ibu milenial itu adalah suatu keharusan, bukan pilihan.

Komentar

Postingan Populer