cinta yang terlarang #kisah nyata

namaku anita (nama samaran) aku memiliki sang kekasih, namanya "anwar" (nama samaran). aku merasa dunia ini ceria sejak bersamanya ,, walaupun tempat tinggalku jauh sama dia , namun di pikiran aku slalu terbanyang wajahnya yang ceria & tampan itu. sesampainya di rumah usai sekolah, sekitar pukul 04.00 aku langsung mencari di mana handphoneku, itulah yang kucari pertama kalinya. aku segera melihat pesan ,, ya sudah terpikirkan sebelumnya, dia pasti mengirimiku pesan . betapa senangnya aku bersamanya . biasanya dia sering memarahiku karna alasan sepele, bales pesannya lama . hahaha .. ya wajar, aku ini harus membantu uwaku dulu, aku tidak tinggal bersama orangtuaku. Orang tuaku berada di Cikarang, sedangkan aku tinggal di Jakarta bersama uwaku, uwaku adalah kakak dari mamaku.. yaa,, aku mengadu nasibku menuntut ilmu di Jakarta dengan alasan di sana fasilitasnya lebih lengkap dan bagus . yaa walaupun setiap harinya harus bersabar melawan kemacetan Jakarta . hehe.. Ohiya,, #pindah topik ,, awal aku bertemu dengan Anwar itu ketika aku sedang atletik di Ragunan. Aku juga tidak tau mengapa aku bisa berpacaran dengannya . Setelah selesai atletik, awalnya aku ingin menjenguksahabatku yang sakit karna kecelakaan motor. Namun, teman-temanku meninggalkan aku, aku ingin menyusulnya tapi aku juga tidak tau rumahnya di mana . aku kebingungan tak ada teman yang rumahnya satu arah denganku. Akhirnya Rina dan Mawar (nama samaran) mengajakku main ke Ragunan, melihat sang saudara hahah kidding :D awalnya aku bingung harus memilih antara pulang dan main. akhirnya aku memutuskan untuk main ke Ragunan. aku melihat Rina merasa bahagia banget ke Ragunan, senyum pipitnya selalu ia munculkan. Di Ragunan aku, Mawar dan Rina bermain bola basket milik Rina sambil berjalan mengitari jalan. Aku bertiga bercandariang seperti tak ada beban di hidup ini. Tak lama Rina menelfon seseorang. Ternyata eh ternyata, Rina mengajak pacarnya ke Ragunan. Ada 2 orang pria yang slalu mengikuti kami bertiga.. aku merasa ketakutan tak wajar seperti ini.. aplagi ketika 1 orang prianya itu mendekati temanku, Rina. Huh, tenang hatiku ketika Rina menjawab kalau dia kekasihnya.
Dari sinilah aku menyukai Anwar ,, Dia temannya Fadhli yang ikut ke Ragunan. Anwar selalu berjalan di belakang kami bertiga, dan tanpa aku sadari aku slalu menengok ke belakang untuk memandanginya.. ohh, apakah ini yang dinamakan cinta ?
Mawar : "Nit, sini bayar masuk ke Primatanya!"
aku : "Berapa ?"
Mawar : "Yaa cukup 7500.."
aku : "Yaah gue lagi boke nihh,, tadi kan gue abis bayar pin osis ke Rina."
Rina : "Apaan? Cuma 3.500,- doang.. emang lu bawa uang berapa ?"
Aku : "Gatau, sisa 10.000,-.. Ntar gue ongkos gimana? haha."
aku melihat kekesalan mereka berdua karnaku . akhirnya Mawar meminjamkanku uang dengan terpaksa mau tak mau.. "haha maklum boke", ujarku dalam hati.
"oke.. Thanks ya, War :)" ucapku.. "yayaya haha" jawab Mawar.
      Akhirnya kami masuk ke primata Ragunan. Di sini kami bercanda riang, tertawa ceria tanpa hentinya. Kami berjalan langkah demi langkah melewati langit gelap yang ditutupi bebatuan, yaa itu adalah goa. Di setiap langkah kecilku aku slalu memerhatikan Anwar. Terkadang aku sering tertawa karna tingkahnya. "Huh, perjalanan yang melelahkan.", ujarku dalam hati. Akhirnya sampailah di tempat pengistirahatan, di danau tempat favoritku. Di setiap gerak-geriknya aku slalu memerhatikan Anwar. Tingkahnya yang unik, slalu menambah keceriaanku. Rina yang sedang asyik berbincang-bincang dengan kekasihnya itu membuatku bosan, karna lama sekali menunggunya.aku seperti orang yang tak karuan, ngantuk, lelah.. huh! rasanya ingin langsung pergi ke pulau kapuk . hehe
Akhirnya sudah lama menunggu, kami semua pulang menuju ke rumah. Ketika ingin menuju pintu keluar Ragunan, tak tahu mengapa Mawar langsung memarahiku, dan awalnya aku pun tak tau mengapa dia seperti itu.
 Aku mencoba untuk menenangkannya, namun caraku tak berhasil melumpuhkannya. Aku bertanya-tanya apa yang terjadi .
"Nit, lu bilang apaa ke anak-anak?"
" apa? gue gatau Nit! Sumpah gatau!"
 "Alaahhh!!! Bohong! Jangan pura-pura gatau deh Nit. Gue udah tau semuanya,"
"Lah? Apa? Kasih tau dong! Gue bener-bener gatau."
"Lu bilang-bilang ke teman-teman kalo lu keluar basket karna gue kan?"
"Iya. Gue cuma bilang ke satu orang doang kok.. Itu aja gue bener-bener ngejaga omongan gue."
     Mawar sepertinya marah sekali terhadapku, aku melihat wajahnya yang penuh dengan kekecewaan dan kejengkelan hatinya..
aku hanya bisa berusaha untuk menjelaskan semuanya.. namun hasilnya NIHIL . aku hanya bisa menangis dan menangis, berharap semuanya bisa berubah menjadi ceria.
Huh,, rasanya dunia ini sudah tak ada artinya lagi. wajahnya yang jutek ketika melihatku membuat hatiku semakin terpuruk,,
Anwar mencoba untuk menghibur diriku yang sedang terpuruk ini,, dia melihatku sambil tertawa.. aku sendiri pun  bingung melihatnya sperti itu.
tak lama kemudian ketika menunggu kedatangan busway menjemput kami semua haha. Ketika mawar dan Rani melangkahkan kakinya menuju keluar busway, aku segera meminta nomor ponselnya Anwar, pada waktu itu pun aku bingung harus berbicara apa dengannya.. rasanya hati ini luluh karenanya, melihat pandangannya yang begitu mempesona hatiku.. untung saja dia mau memberi taukan no ponselnya kepadaku.. Tak lama Fadhli dan Anwar keluar dari busway di halte Kuningan timur. Rumahnya di Jakarta Barat, tepatnya di daerah Bintang Mas, Slipy. Ketika aku sudah tiba di rumah, aku segera mengiriminya pesan. Entah mengapa hatiku sangat gugup ketika pertama kali ku mengiriminya pesan.Aku terkejut ketika dia membalas pesanku dengan bahasa mesranya,, huh.. rasanya aku ingin memilikinya.. haha
tanpa kusadari ternyata aku benar2 jatuh hati padanya.
Keesokan harinya, aku berangkat sekolah seperti biasa, waktu itu hari senin, seperti biasaya sebelumnya di sekolahku melaksanakan upacara bendera. aku ini adalah anggota OSIS, lebih tepatnya sebagai wakil bendahara BPH OSIS. setiap upacara OSIS yang selalu mengatur barisan anak2 untuk upacara dan menyiapkan segala sesuatunya untuk lancarnya upacara. Namun,, saat itu hatiku pedih seperti tak ada lagi yang ingin berteman denganku, aku merasa bahwa aku ini adalah seorang yang terhina. Rina yang juga salah satu anggota OSIS juga ikut memusuhiku. Ketika aku sedang mengatur barisan upacara, kebetulan tempatku berdiri tepat di hadapan teman sekelasku.Entah mengapa tiba2 teman-temanku melihatku sinis, sepertinya mereka menganggapku sebagai musuhnya.. mata mereka yang tajam dan alisnya mengerut kejam.. sikap mereka yang sangat membuatku sedih, saat itu pun aku bingung , dan aku selalu bertanya-tanya dalam hatiku.. "Apa yang salah terhadap diriku ini?" Sejak saat itu, aku selalu dicemoohkan oleh teman-teman sekelasku. Di kelas, aku hanya duduk menyendiri sambil mengalirkan air mata yang tak henti. Merasakan sakitnya luka ketika ku dengar teman-temanku sedang menyindirku. Tak ada yang ingin menemaniku dalam kesendirianku.. aku hanya bisa menangis dan menangis menghadapi semuanya. "PHO buang aja ke laut!" "cuma PHO yang gadikasih makanan padang pas nguumpul OSIS" "Lenjeh banget tuh orang!"
itu hanya beberapa ejekan yang keluar dari mulut teman-temanku.. Ketika itu aku hanya memiliki satu orang teman saja namanya dina (nama samaran). Sayangnya dia tidak sekelas denganku. dia kelas 85 sedangkan aku kelas 82. Oh tidaaaak! Setiap hari aku hanya bisa ceria ketika sedang bersamanya. Hanya dia yang bisa menentramkan hatiku. aku sangat beruntung memiliki sahabat sepertinya :)
Namun, aku hanya bisa bersabar, menganggap bahwa ini semua adalah cobaan untuk menguji betapa besar cintaku terhadap anwar.Waktu terus berjalan mengiringi setiap langkahku. Berharap semuanya akan berubah menjadi damai yang kutunggu. Semuanya telah hancur dan semua teman-temanhku yang dulu selalu ada di saatku membutuhkan mereka, kini tak lagi ada. Semua hanya bisa membenciku dan mengejekku. Namun, ternyata semua itu bisa berubah kembali sepeti layaknya dulu yang penuh dengan kedamaian yang dapat menentramkan hati. Jihan datang menghampiriku, ia mencoba untuk berusaha menyelesaikan masalahku, alangkah baiknya ia. Walaupun dari perkataannya ia memarahiku dan aku tak kuasa menahan tangis menyesal telah melakukan ini. Namun, aku harus bisa menerima dan mecoba menyalahkan diriku sendiri. Aku bersyukur, di saat ku sedih, merasa sudah tak dihargai oleh teman-temanku, namun Anwar tetap menyemangatiku berusaha untuk mendamaikan hatiku dan slalu menemani di setiap langkahku. Ia terus berusaha untuk meyakiniku bahwa mereka seperti ini hanya iri terhadapku yang telah berhasil mengambil hati seorang 'Anwar' yang tampan rupawan, karna teman-temanku yang pernah melihatnya langsung jatuh hati padanya, dan semua itu terjadi karna ketampanan dirinya yang begitu merona di wajahnya.
Berkatnya aku menjadi kuat dan berusaha untuk tetap mempertahankan hubunganku dengannya walaupun banyak rintangan yang menghadang, namun aku yakin kebahagiaan pasti mengiringiku kelak :)
Alhamdulillah semakin lama keadaan pertemananku semakin membaik. Satu per satu teman-temanku sudah mau memaafkanku. Namun walaupun begitu Rina semakin membenciku dan mencoba untuk menghasut sahabat-sahabat dekatku. Akhirnya mereka semua yang semula menemaniku di setiap masalah yang kuhadapi, kini berubah, termasuk Dina teman baikku.Mereka semua telah menganggapku Desy yang selalu merusak hubungan orang. Karena ketika itu, Anwar telah memiliki kekasih dan kekasihnya itu adalah temannya Rina. Dan tak lama Anwar berpisah dengan kekasihnya karna ada suatu masalah. Anwar menceritakan semuanya kepadaku, menceritakan semua sebab yang terjadi yang membuat mereka berpisah. Anwar mengatakan bahwa mereka putus karena Anwar sudah tak kuasa lagi menahan kecemburuannya terhadap Indry (nama samaran). Karna di sekolah Indry selalu dekat dan bergaul dengan para lelaki. Terlebih lagi kelas Anwar bersampingan dengan kelas Indry yang membuatnya semakin terbakar cemburu setiap kali kekasihnya selalu di kelilingi oleh para teman lawan jenisnya.
suara ponselku berdering seperti ada yang menelfonku aku pun mengangkatnya.
"Halo!" ujarku
"Anitaaa?" jawabnya
"Apaa? ternyata kamu toh yang menghubungiku, War?"
"Iyaa. Aku pengen bilang sesuatu sama kamu."
"Apaa?"
"tadi Rina mengirimiku pesan dan aku takut kamu sedih ketika mendengarnya."
"Emangnya dia sms apa?"
"Dia bilang, dasar tuh cewek lu PHO (penghacur Hubungan Orang) banget sih tuh! iiiihhhh,, aaaamiiit dah gue punya temen kaya macem diaa!! OGAH! udah PHO, lenjeh juga! NAJIS dah gueeee!!!"
"Terus kamu bilang apa?"
"Kan Anita temen lu juga kan.. Seburuk-buruknya dia pasti juga ada kebaikannya. lu masih inget kan dulu dia deket teman baik lu? tapi kenapa sekarang lu anti banget sama Nita?"

Tiba-tiba air mataku mengalir deras, rasa sakit hati tak sanggup untuk aku menahannnya. Aku merasa sudah tak dibutuhkan oleh siapa pun lagi. Sekarang hanya kenangan cerita pertemanan kelas VIII-2 yang dahulu indah, kini berubah menjadi mimpi buruk bagiku. Seketika aku terdiam termenung, seolah tak ingin mendengarkan ocehan Anwar yang terus memanggilku di ponselku. Anwar sepertinya mengetahui perasaaanku, dia pun berusaha untuk menenangkan aku dan mencoba mambuatku tersenyum kembali. Perlahan, akhirnya aku bisa untuk berbicara kepadanya, walaupun masih dengan nada yang agak memilukan.
"Nitaa? Ko Rina bisa tau no aku? tau dari mana?", tanya Anwar.
"Ohiya aku inget, tadi si Lia (nama samaran) minta nomor kamu ke aku. pas aku tanya buat apa, dia ngga jawab. dia malah maksa aku buat ngasih tau nomor kamu ke dia. Mungkin aja itu nomor buat Rina."
"Iya mungkin. Tapi emangnya buat apa?"
"aku juga gatau. Mungkin biar kamu tau keburukan aku gimana. maaaf yaaa, War."
"iyaa Nitaa gapapa koooo.. udah gausah dibahas lagi. udah doong jangan nangis lagi.. ntar akunya malah sedih :)"
"iyaaa bawelll.. haahaha."
"hahaa ,, nah gituu doong."

Tak lama kemudian, tanggal 16 Juni 2012 menjadi hari yang sangat spesial bagiku. Bagaimana tidak? Anwar menyatakan cintanya untukku. Ia memintaku untuk menjadi kekasihnya pendamping hidup yang slalu bersedia menemaninya di saat ia membutuhkanku. Aku bingung harus menerimanya atau menolaknya. Masalahnya, jika aku menerimanya, pasti teman-temanku jika mengetahui bahwa aku menjalin kasih dengannya akan marah besar dan tentunya akan menambah kebencian mereka terhadapku. Namun jika aku menolaknya, pasti aku akan menyesal seumur hidup telah menyia-nyiakannya, aku akan menyesal karna aku sangat mencintainya. Memang hati tak ada yang bisa mengelak. Tanpa berfikir panjang, akhirnya aku menerimanya. Rasa bahagia selalu menyelimuti kalbuku yang terdalam. Akhirnya sekarang aku mengetahui bahwa dia juga mencintaiku, sama seperti aku mencintainya.
Setelah satu bulan lamanya aku menjalin hubungan dengannya, akhirnya kita berkencan untuk yang pertama kalinya. Awalnya aku bingung untuk izin ke uwa aku yang super galak itu. maafkan aku, aku terpaksa berbohong, aku izin bahwa aku ingin datang ke pesta ulang tahun temanku syifa, tapi nyatanya dan sebenarnya aku berkencan dengan Anwar. Betapa dosanya aku telah mendzalimi mereka :( aku melakukan semua ini, karna aku ingin bertemu dengannya, Anwar yang selama ini aku cintai. Untunglah mereka mengizinkanku untuk pergi... asyiiiiiiiiiikkkkkkkk!!!!
kita berkencan bertemu di halte kuningan timur dan memutuskan untuk pergi ke kota tua berdua.. aku sangat bahagia bisa menggenggam tangannya, memeluknya, mencium pipinya dan berbagi cerita apa pun dengannya. dan ini adalah kencanku yang pertama kalinya seumur hidup, karna sebelumnya aku tak prnah berkencan dengan siapa pun, walau dengan kekasihku yang sebelumnya..
Anwar : "Nita? kamu kenapa?"
aku : "hah? gapapa ko sayang.cuma mual terus pusing."
Anwar : "pusing kenapa?"
aku : "dari rumah aku emang lagi sakit, tapi aku gaberani bilang ke kamu, Yank."
Anwar : "Yah sayang. Yaudah kita cari toilet dulu ya?"
aku : "Lah? mau ngapain?"
Anwar : " Lah? katanya kamu pengen muntah? duh, gimana sih!!"
aku : "ohiyaiyahehe."
di sana aku muntah-muntah, pusing, ya karna aku tak terbiasa dengan semua hal ini, atau mungkin hatiku merasa deg-degan ketika menatap wajahnya yang superrrr tampan :D Namun, aku berbohong kepadanya, karna aku merasa malu jika dia mengetahuin bahwa aku gugup kencan bersamanya.
aku merasa nyaman sekali berada di sampingnya, saling berbagi tawa canda yang tak ada habisnya,, hatiku yang selalu ingin bersamanya kini tercapai sudah, rasanya aku beruntung memiliki kekasih sepertinya.
pagi telah berganti siang, rasanya perutku terus menjerit kelaparan, bunyi perutku yang membuatku lapar, dan ternyata Anwar dari tadi pagi belum sarapan.. Oh NO! akhirnya kita memutuskan untuk makan siang di pinggiran jajanan di kota tua, petama kita makan nasi goreng tapi hanya satu porsi saja untuknya, karena aku tak mempunyai selera untuk makan siang. Tak lama hidangan pun telah disajikan dan siap untuk diserbuuuu.. di sana aku hanya menemaninya makan siang, melihatnya makan dengan lahapnya. dia yang terus memerhatikanku tiba-tiba langsung menyuapiku makan, awalnya aku menolak, namun dia terus memaksa, akhirnya aku menerima suapan nasinya.. "Ehhm,, ternyata nasi gorengnya enak juga." (ucapku) "kamu mau Sayang? aku belikan ya?" jawabnya, "nggak ah, aku mau bakso aja. haha" (memelas).
Setelah makanannya habis disantap Anwar, akhirnya kita pergi ke jajanan bakso untukku. tapi ternyata baksonya gak enak seperti nasi goreng tadi. Namun, betapa senangnya aku, ketika aku sedang makan bakso, tiba-tiba dia memeberikanku sebuah cincin sepasang, aku langsung terkejut melihatnya dan dia memakaikan cincinnya ke jari manisku.
"Sayang? makasih, ya!" ucapku dengan riang
"iyaiya sayang samasama, dipakai terus yaa! jangan dibuang cincinya!" jawabnya
"iya anwar tercintaaa."

Setelah makan siang, dia memintaku untuk menemaninya membeli tas sekolah untuknya di Tanah Abang. Kebetulan, jarak antara kota tua dengan Tanah Abang tidak terlalu jauh. Okee akhirnya aku menemaninya dan segera pergi mencari angkot tujuan ke Tanah Abang.
"Nita? Ko dompet aku gaada?" tanyanya panik
"Lah? kamu lupa kali naronya di mana?"
"aku inget ko naronya di mana, tapi ko di kantong celana aku gaada? Yah, gimana dong sayang? gabisa beli tas doong?" memelas
"Yaudah, kamu beli tas pake uang aku aja yank, gausah diganti.. buat kamu ajaa :)"
"beneran yank?" menatap wajahku riang
"iyaiya, yaudah ayo naik angkot langsung ke sana keburu sore."
"iyaa baweeell"
Sesampainya di tanah abang, ternyata hanya beberapa toko saja yang masih berjualan, untungnya masih ada beberapa toko tas yang masih berjualan. Anwar segera memilih-milih tasnya.. abang yang jualan tasnya masa tau kalau kita pasangan kekasih. hahaha, katanya pula wajah kita mirip.. semoga kita jodoh yaa! aamiin.
Setelah membeli tas untuknya, kami pun memutuskan untuk pelang karena waktu yang memaksakan untuk pulang. Aku sangat bahagia bisa berkencan seharian penuh dengannya, dan itu merupakan pertama kalinya yang pernah kualami. aku menciumnya, memeluknya, menggenggamnya dan hal itu tak bisa aku lupakan dalam ingatanku ini.
aku terpaksa berbohong, orang tuaku yang saat itu sedang berada di rumah uwaku tempat aku tinggal saat ini sempat curiga terhadap sikap anehku, tapi untunglah akhirnya mereka memercayaiku.
seminggu kemudian pada hari sabtu, aku kembali berkencan dengannya.saat itu sedang libur panjang sekolah setelah merayakan idul fitri. aku terpaksa kembali berbohong kepada uwaku, aku bilang bahwa aku ingin rapat OSIS di sekolah bersama teman-teman OSIS lainnya, alasan tersebut aku gunakan karena disuruh oleh kekasihku Anwar. akhirnya aku lolos dari hal yang menegangkan, aku pun pergi ke tempat biasa kami bertemu. Kami memutuskan untuk kembali pergi ke Kota Tua. Namun, di sepanjang perjalanan handphoneku terus berdering menelponku. dan rupanya yang menelponku adalah saudraku yang tinggal serumah denganku. Ia menyuruhku untuk pulang ke rumah dengan alasan di rumahku banyak sekali tamu yang hadir dan mereka membutuhkan bantuanku. Namun, aku menolaknua untuk pulang dengan alasan "aku masih rapat OSIS". Sejujurnya hatiku sangatlah tak tenang, aku telah tega membohongi seluruh keluargaku. aku benci sikapku yang ini, aku ingin jujur namun aku sangat takut mereka memarahiku. Anwar yang mengetahui hal ini mencegahku untuk pulang, ia menyuruhku untuik terus menemaninya seperti minggu lalu, aku telah memaksanya berulang kali, namun hasilnya nihil. Ia tetap pada pendiriannya. Aku bingung harus melakukan apa, karena di dalam firasatku berkata bahwa saudaraku mengetahui hal yang sebenarnya tentang perjalananku kali ini. Padahal kami baru bertemu selama 1 jam lebih, namun aku lebih memutuskan untuk pulang. Di sepanjang perjalanan hatiku tak tenang memikirkan suasana nanti ketika aku telah tiba di rumah berhadapan dengan keluargaku, dan semua itu membuatku gundah dan bingung akan keadaan ini.
ternyata firasatku selama perjalanan ini memang benar. semua keluargaku menatapku dengan tatapan tajam yang membuat hatiku rasanya gundah, entah bagaimana perasaanku saat itu, yang pasti aku tak suka dengan keadaan ini. di rumahku sedang dipadati tamu-tamu saudaraku, untunglah sehingga masih mempunyai banyak waktu untuk membuang semua rasa penatku selama ini. Namun ternyata tak lama mereka pulang kembali ke rumah mereka masing-masing. aku membantu keluargaku merapikan rumahku yang berantakan, tapi keluargaku tak menghiraukanku, mereka terus mengabaikanku. "Ya Tuhan, apakan ini semua karena kesalahanku tadi?" teriakku dalam hati.
Ketika aku sedang makan siang di hadapan keluargaku di ruang tamu, tak ku sangka mereka langsung memarahiku, ternyata mereka datang ke sekolahku untuk memastikan apakah aku memang benar rapat OSIS atau tidak. aku bingung ingin beralasan apa lagi. Awalnya aku berbohong, aku tidak mengakui bahwa aku berbohong, tapi mereka terus mencekamku dan terlebih lagi mereka berani untuk menantangku sumpah di atas nama Al-Qur'an.aku yang takut terkena azab Allah, akhirnya aku mengakui semuanya, air mataku tak dapat ku tahan, tetes demi tetes berjatuhan berlinang di pipiku, menyesal dengan apa yang telah kulakukan, tapi semuanya sudah terlambat, sudah tak ada kata maaf lagi untukku, mereka semua kecewa dengan sikapku yang seperti orang tak berpendidikan, seperti orang yang tak pernah diajarkan kejujuran islami. Mereka semua tak kuasa lagi mengurusiku, mereka semua menganggap bahwa mereka telah gagal mendidikku menjadi orang baik dan berperilaku islami. uwaku yang nampak kesal terhadapku, yang membenciku karena tingkah lakuku, dia menghubungi kedua orang tuaku yang tinggal di cikarang. mereka menyuruh orang tuaku untuk menjemputku dan membawa semua barang2 milikku ke cikarang, ya artinya aku DIUSIRR??? what? itu hal yang sangat mencekamku, air mataku terus berlinang berjatuhan, rasanya jatungku seperti ingin berhenti seketika, hancur sesak di dada, menerima semua kenyataan pahit ini, semua kehidupanku hancur seketika. Namun, nasi telah menjadi bubur, penyesalan tak dapat mengubah keadaan manjadi lebih baik, penyesalan selalu datang belakangan. Saat itu, hpku disita, aku hanya bisa menangis dan menangis, orang tuaku yang mendengar hal ini, tampak sangatlah kecewa dengan sikapku, mereka sangat tak habis pikir diriku bisa sehina ini di hadapan keluargaku. Ya Tuhan, betapa dosanya aku?
seharian penuh aku hanya memurung diriku di kamar, saat itu aku bisu tak dapat menjelaskan semua yang terjadi, saat itu, rasanya aku ingin teriak sekeras-kerasnya menghilangkan semua beban-beban penatku. aku gelisah sangat gelisah menunggu kedatangan ayahku untuk menjemputku, ketika kami bicara melalui telepon, aku sangat mengetahui, suara orang tuaku terdengar lemas dan kecewa bahkan ia berkata "anjing" kepadaku.. aku tau makna semua itu, yaa mereka semua sangat membenciku, mereka semua sangat kecewa terhadapku.aku hanya bisa memurung diriku di kamar tidurku, aku hanya bisa menangis dan menangis, entah apa yang ku rasakan saat itu, tapi hanya satu hal yang ku benci, aku benci terhadap diriku sendiri, diriku yang telah membohongi semua keluargaku.. aku menyesal sangat menyesal, namun semua tak akan mengubah keadaan yang saat ini terjadi. aku terus merenung dan merenung menunggu kehadiran ayahku tuk menjemputku. rasanya aku terus membayangkan hal aneh yang terjadi pada diriku. Telah lama ku menunggu kehadiran ayahku, akhirnya ia datang menghampiriku, matanya yang penuh dengan tatapan tajam dan menyeramkan, rautan wajahnya yang penuh dengan kekecewaan yang mendalam, mengeluarkan keamarahan yang luar biasa hebatnya. aku takut membayangkan semua yang akan terjadi nantinya terhadapku, aku takut, tapi semuanya membenciku, seakan dosa kesalahanku tak bisa terampuni .
aku segera membereskan semua pakaian dan buku pelajaran sekolahku.. namun, apa boleh buat? karena ayahku terlalu menungguku lama , langkah demi langkah kaki letihnya menghampiriku dan langsung menaruh semua barangku yang ada di kamarku sampai tak tersisa,, hatiku sungguh hancur. keluargaku terus membicarakanku dengan ayahku , sedangkan aku hanya di kamar tidurku memakai baju rapiku sambil mendengarkan pembicaraan mereka di ruang tamu, mendengarkan sambil menangis penuh sesak tak tahan dengan semua ini, tampaknya mereka sangat kecewa terhadapku. akhirnya aku pergi bersalaman kepada kluargaku memohon maaaff yang sebesar-besarnya, uwaku bilang, mereka melakukan ini semua demi kebaikanku nanti di masa depan, mereka sangat menyayangkan kejadian ini, karena mereka tau potensi diriku di lingkungan sekolah, aku yang selalu mendapatkan juara kelas, juara 1 umum ternyata hancur karna masalah ini. Selama perjalanan ke Cikarang aku hanya bisa menangis dan menangis, ayahku menyuruhku untuk berhenti sekolah, dan menyuruhku untuk menikah, tapi aku menolaknya, aku tak ingin masa depanku hancur begitu saja. aku pun menjawabnya dengan terbata-bata dan menangis, takut akan semuanya tejadi. Ketika sampai di rumahku yang di Cikarang, aku melihat ibuku menyapaku dengan penuh kekecewaan, ia hanya bisa terdiam bisu, namun aku bisa membaca hatinya yang pedih hancur ketika mendengar seorang anaknya diusir dengan cara yang menusuk hati. nyaris, ayahku ingin membakar semua barang yang ada di dalam kardus itu, untunglah ibuku melarangnya dan aku pun tak bisa berbuat apa-apa lagi. Sesampainya di rumah pun aku tak bisa mengeluarkan kata sepatah kata pun tidak, aku langsung menuju kamarku dan mencoba untuk tidur untuk menenangkan semuanya, namun ternyata aku tak bisa tidur dalam kondisi seperti ini. mataku yang lelah perih karena telah mengahbiskan seluruh air mataku dibiarkan berjatuhan menetes terus-menerus tak hentinya. selama aku berada di dalam kamar, aku mendengar semua pembicaraan orang tuaku tentangku, mereka pun sama denganku, mereka tidak bisa tidur memikirkan aku yang penuh dengan kekecewaan. Ya Allah, apakah aku masih berharga dan berguna untuk orang lain? bahkan untuk diriku sendiri saja tak bisa! Maafkan diriku yang hina ini ayah, mama :(
Keesokan harinya ketika aku membuka mataku di pagi sunyi yang kelam, aku tak berani bicara dengan kedua orang tuaku, sedikit pun tidak, karna aku takut mereka memarahiku lagi. Namun, aku terus berusaha untuk beradaptasi dengan semua keadaan yang kuhadapi semua ini. Perlahan aku mulai mengeluarkan suaraku dan memulai pembicaraanku dengan orang tuaku, ternyata mereka tetap menyayangiku dan memperhatikanku, aku beruntung memiliki orang tua seperti mereka. Ponsel ibuku berdering, entahlah siapa yang menelfonnya. Ternyata ibuku bilang teman TK ku yang bernama Sukma akan bersilaturrahim ke rumahku. aku sangat merindukannya, telah bertahun-tahun aku tak bertemu dengannya, akhirnya kini aku akan bertemu dengannya. Orang tuaku sibuk menyiapkan semuanya demi menyambut kedatangan tamu yang istimewa bagiku. Orang tuaku mencerikan semua tentang nasibku kepada mereka tamuku, mereka merasa kasihan terhadapku, akhirnya mereka menyuruhku untuk tinggal di tempat tinggal mereka yang terletak di bojong, Jawa Barat. aku senang sekali mendengar hal itu, namun, orang tuaku menolaknya dengan alasan, takut merepotkan mereka dan orang tuaku belum menanyakan hal ini kepada uwaku ,, lagipula` letak tempat tinggal mereka begitu jauh. Jika aku di sana, setiap hari aku akan ke sekolah menggunakan jasa kereta api, dan juga biaya tarif perhari lumayan besar, serta aku harus bangun lebih pagi dari biasanya. Namun aku tak bisa menolaknya, karena aku tak mempunyai pilihan lain selain itu, dan di satu sisi aku masih membenci uwaku mengingat masa laluku ketika aku diusirnya. Telah aku mencoba berulang kali memohon kepada kedua orang tuaku agar aku diperbolehkan untuk tinggal bersama mereka. Namun, hasilnya NIHIL, tetap saja aku tidak diperbolehkan oleh kedua orang tuaku. yaah sudahlah, mungkin ini memang bukan yang terbaik untukku. Tak lama kemudian, mereka berpamitan untuk pulang ke rumah mereka. hati senang rasanya dapat bertemu mereka kembali.
       Hari itu seminggu sudah aku di cikarang, mencoba untuk menikmati hidup yang ada dan harus dijalani. Hari itu adalah hari Jumat
      Pada siang harinya, ponsel ayahku berdering, entah siapa yang menelponnya, ternyata yang menelpon itu adalah uwaku. Beliau menyuruhku untuk segera pulang ke jakarta bahkan beliau berbicara sambil menangis. Namun, entah mengapa hati ini tak bisa memaafkan mereka, atau mungkin hati ini telah terlanjur malu dan sakit karenanya, aku masih belum bisa untuk menemui mereka lagi. telah berulang kali ayahku memintaku untuk pulang ke jakarta, menjalani aktivitas layaknya tidak terjadi apa apa. Namun, hatiku menolak MENOLAK!!!!
     



Komentar

Postingan Populer